“PONDOK
RESIK PAMAN GEMUK”
Hari minggu ini masih pagi. akan tetapi, matahari telah bersinar cerah
sekali. Langit bersih tanpa awan sedikit pun. Semuanya seperti menyingkir jauh
ke balik gunung setelah di halau hujan semalaman.
Daun-daun dan bunga kol tampak hijau segar. Beberapa titik air
menggantung berkilauan di sisi-sisi tanaman
tersebut. Pematang-pematang di daerah kebun sayuran itu terlihat basah.
Namun, semua itu tidaklah mengusik keasyikan priat, ani, wawan, alif,
dan lia. Kaki dan sandal mereka telah basah terkena air dari rerumputan yang
tumbuh di sepanjang pematang. Mereka terus berjalan beriringan. Kebun-kebun
yang ditanami bermacam sayuran itu di lewati oleh mereka dengan langkah cepat
bagaikan berbaris pada upacara pengibaran bendera hari senin.
Berlima mereka selalu pergi bersama-sama. Kali ini pun mereka pergi
berlima seperti biasa. Tujuannya hendak menuju rumah kecil di balik bukit ini.
Tangan priat yg menghitam sehar, mengepit tas yg biasa di pakai pergi ke
sekolahnya. Tangan lia yg putih menggenggambeberapa buku & alat tulis. Ani,
wawan, dan alif melenggang saja. Buku-buku mereka di titipkan pada tas priat.
Sudah menjadi kebiasaan mereka berlima untuk mengerjakan PR sekolah di rumah
kecil paman gemuk di balikbukit ini. Disana suasananya sangat indah dan sejuk.
Rasanya pikiran menjadi cerah dan brilian dalam mengerjakan PR untuk hari senin
besok.
Berlima mereka teman satu sekolah. Sama-sama duduk di kelas satu SMP.
Mereka berlima adalah murid pintar yg bersaing mencapai prestasi trbaik. Akan
tetapi, tidak berarti mereka tidak bisa bersahabat. Justru karena sama-sama
ingin pintar, mereka menjadi sama-sama rajin dalam belajar.
Di balik bukit di rumah paman gemuk
mereka senantiasa betah. Rumah kecil itu mereka namakan pondok resik. Di atas
bukit tidak jauh dari situ, terdapat kebun paman gemuk. Di daerah kebun-kebun
sayuran itu, hampir setiap warga kampung memiliki sepetak atau dua petak kebun.
Paman gemuk memiliki petak kecil di atas bukit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar